If you see a footprint in the road, it means someone has been there before you, and there's something to be learned from that person's life and that person's story.

Jumat, 09 November 2012

Selamatkan Maskot Jakarta


Elang Bondol, Elang Laut, Biawak, Nudibranch, Penyu Sisik, Coral, Konservasi, Pasir Putih, Resort. Semua itu bisa didapatkan di Pulau ini, tidak jauh dari Jakarta hanya membutuhkan waktu 2 jam menuju ke sana. Tak hanya menikmati pemandangan laut, membantu pelestarian keberadaan satwa-satwa tadi. 

Setelah satu jam menunggu, akhirnya kapal laut yang sesak ini jalan juga. Tak sabar rasanya kami pagi ini ingin segera melihat tempat persembunyian sang Elang Bondol, simbol dari ibukota Jakarta yang berada di Pulau Kotok Besar yang berada di Kepulauan Seribu, Jakarta. Niat kami ke sana semata karena kami pernah membaca di Internet mengenai keberadaan Elang Bondol yang hampir punah, padahal tempat konservasinya sendiri masih berada di Jakarta. Beruntung kali ini kami bisa berangkat ke sana, selain cuaca yang cerah, dan menurut penuturan guide kami , setiap bulan Maret merupakan musim breeding Elang Bondol jantan, berarti ada Elang Bondol yang siap dilepas nantinya.
3 Jam berlalu, akhirnya kami sampai di Pulau Kelapa, tempat berlabuh kapal kami. Dijemput oleh guide kami yang bernama Brim, kami menuju penginapan di Pulau Harapan. Jarak antara Pulau Kelapa dan Pulau Harapan tidak terlalu jauh, hanya dipisahkan oleh selat yang telah dibangun jembatan diatasnya. Setelah beristirahat sebentar di penginapan, kami menuju dermaga Pulau Harapan untuk bersiap menuju Pulau Kotok Besar.
Hanya membutuhkan sekitar 20 menit, akhirnya sampai di Pulau yang kami tuju. Pulau ini  terlihat seperti hutan,penuh dengan pepohonan yang dibiarkan tumbuh liar, di antaranya ada pohon kedu, dan beberapa pohon kelapa. Voilaaa, itu dia si maskot Jakarta. Mereka bertengger di atas dahan pohon, dan berada di dalam sebuah sangkar besar yang terbuat dari net. Miris melihat keadaan mereka, menurut penuturan Fauzi si penjaga Pulau Kotok Besar sekaligus yang merawat mereka, elang elang ini adalah hasil penyitaan oleh negara dan JAAN (Jakarta Animal Aid Network), yang akhirnya dialihkan perawatannya ke Pulau ini.
Keadaan elang elang di sini sungguh menyedihkan, ada yang sayap nya patah, bulu sayapnya ada yang sudah rontok bahkan ada juga yang jari kakinya putus. Semua ini disebabkan oleh para pemeliharanya terdahulu, yang menginginkan mereka untuk tidak lagi dapat terbang, dan dapat dipelihara di halaman rumah mereka. Padahal, jika mereka yang ingin memelihara satwa tadi dapat berpikir lebih jernih dan lebih pintar,  elang-elang tersebut tak akan sampai terluka. Mereka seharusnya sadar bahwa satwa yang ada di alam Indonesia ada kekayaan alam yang tak akan pernah dapat kita ciptakan sendiri.  
                                                           
Setelah puas bertanya mengenai elang elang tersebut, kami juga menyempatkan diri untuk diving di sekitar Pulau Kotok Besar ini. Salah satu kelebihan dari pulau Kotok Besar ini selain Konservasi Elang Bondol dan Elang Laut, adalah keindahan bawah lautnya dan sering sekali dijadikan spot diving.   
Hasilnya, menakjubkan. Keadaan bawah lautnya sungguh indah, banyak terdapat fire coral, dan table coral. Belum lagi, ikan hias indah berwarna warni, serta nudibranch beraneka bentuk dan warna, dan bila Anda beruntung seperti saya, Anda akan bertemu dengan penyu besar, yang juga merupakan salah satu hewan yang turut dilestarikan di pulau ini.  Berjalan masuk ke dalam Pulau ini, Anda akan melihat deretan pohon Pandan Laut, yang menjulang tinggi, dan sedikit mengeluarkan wewangian seperti layaknya daun pandan.
Jangan pula Anda terkejut, kalau tiba tiba anda bertemu dengan biawak berukuran besar melintasi di dekat Anda. Ya, mereka memang dibiarkan hidup liar di sini.  Pasir putihnya pun, memiliki daya tarik tersendiri bagi mereka yang ingin ber-Island Hopping. Beberapa kapal nelayan tua pun sengaja dibiarkan teronggok, untuk dijadikan view bagi mereka yang ingin melakukan sesi pre wedding. Ternyata tidak jauh dari Ibukota kita bisa menikmati semua, dan ikut melestarikan hewan yang selama ini menjadi simbol kebanggaan Kota Jakarta.

 How to Get There
Ada beberapa alternatif menuju ke sana, antara lain :
  • Dari Pelabuhan Marina sekitar 1 jam menuju ke Pulau Kotok Besar menggunakan speed boat, biaya berkisar antara Rp.100.000 – 150.000 / orang sekali jalan.
  • Dari Pelabuhan Muara Angke. Anda bisa turun di Dermaga Pulau Pramuka langsung menuju Pulau Kotok atau dari Dermaga Pulau Harapan atau Kelapa, bisa menuju ke Pulau tersebut menggunakan Kapal Ojek, harga per kapal Rp.400.000, saran saya kalau ingin menuju pulau ini dan menggunakan kapal ojek, pergilah beramai ramai supaya sharing costnya lebih murah

Tempat Menginap
  • Di pulau Kotok Besar sendiri, terdapat resort besar yang terletak di sisi Barat pulau ini. Kisaran harga antara Rp. 1.500.000 – Rp.3.500.000 / room . Di sini juga menyediakan paket diving dengan harga yang bervariasi.
  • Bagi yang ber-budget backpacker, Anda bisa menginap di pulau terdekat dari Pulau Kotok Besar antara lain Pulau Pramuka (homestay sekitar Rp.300.000 – Rp. 700.000).  Pulau Harapan ( Rp.350.000 – Rp. 900.000/ homestay  ) .
  • Info lebih lanjut, Anda bisa menghubungi guide kami selama di sana, Ari : 0856 95593070.

Tips selama di Pulau Kotok Besar :
  1. Jangan lupa membawa peralatan snorkling sendiri, dan bila ingin diving bisa konfirmasi terlebih dahulu dengan guide Anda, apakah arusnya cukup bagus atau tidak. Karena untuk diving di sini, kalau arus nya sedang bagus kita akan mendapatkan hasil foto underwater yang jernih, dan visibility yang cukup baik juga.
  2. Dikarenakan ini adalah pulau konservasi , maka pengunjung yang datang diharapkan nantinya bisa memberikan sumabangan bagi pelestarian Elang Bondol dan Elang Laut di sini.
  3. Diharapkan pengunjung yang datang ke sini, tidak terlalu banyak jumlahnya, karena takut mengganggu proses recovery elang elang tersebut. Sampai dengan 10 orang, masih diperbolehkan.
  4. Bawa lotion anti nyamuk karena nyamuk di sini besar besar.Air putih sebanyaknya untuk persediaan minum
- Posted at Majalah Liburan, 2011 -



Kamis, 08 November 2012

Surga kecil di Pulau Jawa itu bernama, Karimun Jawa



Setelah 11 jam perjalanan darat dari Jakarta, dan 6 jam dari Jepara saya dan rombongan dari para pembaca Majalah Liburan sampai di sebuah surga kecil di utara pulau Jawa, yang orang sebut Kepulauan Karimun Jawa.

Awalnya, dari kejauhan kami melihat sebuah pulau berbukit, dan berbatu. Begitu mendekat, barulah terlihat gradasi warna air lautnya. Biru tosca, biru telur asin, dan pasir putih.
Turun dari Kapal Muria, kami langsung disambut oleh Alex guide kami nantinya selama di Karimun Jawa. Diantar langsung oleh supirnya kami menuju penginapan kami yaitu Roemah Emak, penginapan ini cukup unik selain dari desainnya, berada persis di pinggir pantai.

Day 1 – Menikmati senja di Pantai Nirwana

Tidak ingin menyia nyiakan kesempatan selama kami berada di Karimun Jawa, selesai menaruh barang di penginapan, dan makan siang di warung Bu Bambang.Kami langsung dibawa ke sebuah pantai yang bernama Pantai Nirwana.
Awalnya Pantai ini merupakan sebuah resort pribadi milik seorang berkebangsaan Jerman. Yang akhirnya disewakan untuk umum.
Pantai ini merupakan pantai berbatu, eksotik, dengan barisan pohon kelapa di sisi kanan sebuah resort yang terletak disana.

Kami sempatkan mengambil foto disana, dan pantai ini lebih cocok untuk menikmati sunrise daripada sunset.

Setelah puas berkeliling, mengambil foto, kami kembali ke penginapan untuk bersih bersih. Dilanjutkan dengan makan malam dan ramah tamah dengan sesama peserta. Salah satu peserta, ada yang kami panggil Opa, itu karena beliau salah satu peserta paling tua yakni berumur 75 thn. Tapi, rupanya umur bukan batasan untuk beliau menikmati jalan jalanbeliau ditemani anak dan menantunya di trip ini.
Ada juga si kembar, yang bernama Raditya dan Aditya awalnya mereka pendiam, tetapi malam ini terlihat mereka cukup ramah dan bersahabat. Ada pasangan suami istri yang berasal dari Surabaya, Mas Hendra dan Mbak Ari yang membawa “amunisi fotography” lengkap, ada Marie si wanita vegetarian yang selama trip harus rela “kebanyakan” menyantap lauk telur ketimbang daging ikan dikarenakan di Karimun Jawa memang pasokan sayur mayur dan buah buahan agak sulit. Ada pula pasutri yang lain yaitu Mas Ode dan Mbak Yola dan satu lagi Pak Budi, yang banyak bercerita mengenai hobinya beliau traveling, dan ternyata ini ke dua kalinya beliau mengunjungi Karimun Jawa. Harusnya di trip ini Editor In Chief Majalah Liburan ikut serta dan membagikan pengalamannya seputar penulisan dan dunia traveling. Tetapi, karena satu dan lain hal beliau akhirnya tidak bisa ikut trip ini .

Selesai ramah tamah, kami pun istirahat di kamar penginapan yang sudah disediakan. Dan bersiap menjelang esok hari yang pastinya bakal terasa lebih lelah dari hari ini


Day 2 –  Pasir putih, Nemo, Schooling Fish, Island Hopping

Hari kedua kami setelah sarapan kami diajak untuk menikmati keindahan pulau pulau yang terletak disekitar Kepulauan Karimun Jawa. Sebut saja, pulau Cemara Besar, Pulau Menjangan Besar dan pulau pulau lainnya.

Persinggahan pertama kami yaitu Pulau Cemara Besar. Disini kami diajak untuk bersnorkling menikmati keindahan bawah laut Karimun Jawa. Kepulauan Karimun Jawa memang termasuk ke dalam salah satu Taman Laut Nasional Indonesia.
Dan gelar itu sebanding dengan apa yang kami lihat dibawah laut Pulau Cemara Besar. Ikan badut / Clownfish bersembunyi di balik anemon yang merupakan rumah mereka. Belum lagi dengan terumbu karang yang berwarna warni.

Puas bersnorkling, kami pun pindah lokasi menuju Pulau Menjangan Besar yang terletak tidak jauh dari lokasi kami bersnorkling. Sesampainya disana mata kami disambut dengan hamparan pasir putih, dan gradsai dari warna air laut yang begitu jernih.
Tidak ada dermaga disana, jadi untuk menuju pulau tersebut,kami harus turun di pantainya dan berjalan menuju pulau tersebut. Tidak lupa kami menggunakan sandal untuk menghindari kami menginjak Ikan Lepu yang biasanya bersembunyi dibawah pasir.
Disini kami menghabiskan waktu sambil menunggu waktunya makan siang yang sedang disiapkan oleh para guide kami. Pasti tahu dong apa yang kami lakukan sembari menunggu, ya tepat sekali … foto foto. Di setiap sudut dari pulau ini, begitu cocok menjadi objek kamera kami yang sengaja sudah disiapkan. Terlebih dengan Mas Hendra, yang rela membawa kamera EOS 50D nya dengan tele super besar dan berat tentu saja. Dan beruntungnya, kali ini kami yang menjadi incaran kameranya.
Tak lupa di pulau ini pula kami mengabadikan foto kami beramai ramai sambil memegang spanduk yang sudah dibawa sebelumnya, dan lucunya kami mengajak salah seorang bule sebagai model “tambahan” disini.

Makan siang pun tiba, ikan bakar, sayur, sambal terasa begitu lezat disajikan secara sederhana diatas sebuah tikar. Menjadi pelengkap yakni pemandangan yang kami juga nikmati saat kami makan siang, hamparan air laur bergradasi dan pasir putihnya ditemani semilir angin pantai. Hmm, sempurna kan.

Istirahat sebentar, perjalanan dilanjutkan ke Pulau Tanjung Gelam untuk hunting sunset disana.
Tak salah guide kami memilihkan lokasi ini menjadi lokasi hunting sunset. Saya sudah membayangkan matahari tenggelam berada di samping kiri pulau dilengkapi dengan siluet pohon kelapa dan bebatuan disitu.

Dipulau ini terdapat beberapa warung kecil ala kadarnya yang menyediakan mi instans, kopi, teh, makanan gorengan. Hampir tiba waktunya, langit mulai memerah dan ternyata bukan hanya kami yang menunggu saat itu tiba, para peserta lain juga sudah siap dengan kamera nya masing masing. Nice sunset…

Perlahan kami meninggalkan pulau tersebut untuk kembali ke penginapan masing masing. Dan saya memberikan surprise sekaligus amanat dari sang Editor bahwa foto foto dari para peserta yang paling menarik akan dijadikan cover Majalah Liburan Edisi Oktober. Tentu saja mereka sangat antusias. So, siapa yang beruntung ?. Hasilnya bisa dilihat di edisi Oktober ini ya.

Setelah makan malam, kami berjalan jalan di sekitar penginapan. Kami menemukan sebuah restoran yang unik yang awalnya kami pikir ini adalah sebuah penginapan ternyata merupakan sebuah resto. Memiliki arsitektur gaya Jawa kuno, dan barang barang antik untuk mempercantik isi resto ini, para pengunjung juga ditemani dengan alunan musik Jazz dan letak resto ini persis berada di pinggir pantai.  
Menurut penuturan Samekto, sang pemilik yang ternyata ayahanda dari Dimi salah seorang musisi Jazz Indonesia, keseluruhan bangunan ini dibuat dari kayu kayu bekas yang terdapat di sekitar Kepulauan karimun Jawa. Hobi Pak Samekto mengkoleksi barang barang antik dan foto foto musis jazz hasil jepretannya sendiri dituangkan di resto ini .

Menu yang disajikan mengarah ke menu Eropa tetapi berbudget ringan dikantong, tapi tidak melupakan taste itu sendiri.

Rombongan kami memutuskan menghabiskan malam ke dua kami di resto ini.

Day 3 – Kembali snorkeling, pasir putih, kali ini berenang bersama Hiu

Hari ketiga kami kembali lagi dimulai dengan mengunjungi sekitaran Pulau Cemara Kecil.
Hampir sama dengan kebanyakan pulau dan pantai yang kemarin kami singgahi, Cuma disini kami melihat sepertinya pulau ini merupakan ex resort, jadi lebih tertata rapih. Terdapat kolam besar berisi ikan Kuwe, dan hiu didalamnya. Satu hal yang menarik, tanpa disadari ketika kami berfoto foto disini background yang kami gunakan sama dengan gambar background spanduk promo kami.
Tak lama kami disini, kami akhirnya snorkeling di sekitaran Pulau Tengah sebelum akhirnya kami berhenti dan menunggu makan siang di Pulau Sintok. Pulau Sintok sama dengan pulau lainya, memiliki beberapa warung yang menjual makanan seperti Rujak khas yang isinya, ada Jambu Mete, Jambu, dan Bengkoang.

Menu makan siang kami pun tak jauh dari Ikan bakar, dan Marie pun sengaja dibuatkan telur rebus dan sayur kangkung supaya bisa ikut menikmati makan siang.

Selesai makan siang, kami dibawa ke Wisma Apung untuk melihat kolam penangkaran Hiu yang terdapat disana. Ada dua kolam disana, satu kolam berisi Hiu jenis Black Tip yang sepertinya cenderung lebih kalem dan jinak ketimbang Hiu yang berada di kolam satunya yang berjenis Black Shark dan ternyata di kolam itu juga ditemui Trigger Fish, Grey Box Fish, dan beberapa Nemo yang terlihat menyembul dari anemone yang sengaja disiapkan disana.

Alangkah disayangkan, banyak dari rombongan lain yang turun dan berebut menyentuh yang menyebabkan hiu hiu kebingungan dan airnya keruh.

Sebuah pelajaran yang harus diingat disini, bahwa binatang selucu atau sejinak apapun bisa menyerang manusia. Jadi, dasarnya hiu itu adalah seekor predator tetaplah dia menjadi seekor predator sekalipun jinak dan bisa disentuh manusia.

Setelah puas, kami pun kembali ke penginapan dan sebelumnya, kami tergiur ingin menikmati Kelapa Muda Bakar yang dijual di dekat dermaga tempat kapal explore kami berlabuh. Ada juga warung yang menyediakan Tongseng Cumi, Baso Cumi, dan beraneka makanan khas pulau.
Malamnya kami menghabiskan waktu kami di Karimun Jawa dengan membeli kayu Dewandaru khas pulau ini yang bisa didapatkan di toko souvenir yang berada di sekitar penginapan, dan membeli sedikit oleh oleh seperti kerupuk ikan.
Sebelum tidur kami berkumpul di Gazebo penginapan untuk sharing mengenai trip ini, dan berencana untuk mengadakan trip kembali. Yang menjadi pembicaranya adalah pak Budi. Di kesempatan ini pula kami merasa dekat satu sama lain, seperti keluarga baru saja.


Day 4 –Packing, kembali ke Jakarta

Setelah 3 hari kami berada disini, banyak pengalaman yang bisa diambil. Sambil packing, kami saling tukar cerita dan masukan ide mengenai trip berikutnya. Termasuk kami juga berencana untuk mengadakan Kopi Darat untuk bertukar foto  di Jakarta. Setelah ini kami berniat sekali mengunjungi tempat tempat wisata antara lain, ke Pulau Komodo, Pulau Weh, Derawan. Sebuah surga kecil di Pulau jawa yang sudah berhasil kami temui, sebuah cerita kembali terangkai dan menjadi sebuah kenangan yang tidak terlupakan.

Sampai jumpa di Jakarta

- Posted at Majalah Liburan, 2011 -